Headline

Jumat, 02 Maret 2018

Rizal Effendi dan Politik Langkah Kuda



VanoramaNews. Samarinda (1/3/18). "Dalam kehidupan anda hidup dan mati satu kali, dalam politik anda boleh mati berkali kali kemudian bangkit lagi", begitulah ungkapan Jendral Perang sang ahli strategi yang kemudian menjadi Perdana Menteri Inggris Sir Winston Churcill.

Ungkapan diatas dalam realitas Pemilihan Gubernur kaltim 2018, khususnya pas jika disematkan pada seorang Rizal Effendi Walikota Balikpapan yang mengalami satu drama politik. di awal sedianya di gadang gadang menjadi Calon Wakil Gubernur Kaltim berdampingan dengan Walikota Samarinda Syaharie Jaang namun kenyataannya layu sebelum berkembang. Dia merasa di tinggalkan akibat tidak mampu memberikan komitmen, salah satunya terkait sumber daya (red. Biaya politik). Kekecewaan itu sempat di utarakan Rizal di laman media sosialnya. Banyak orang ikut kecewa karena mantan wartawan itu tidak jadi ikut dalam kompetisi memperebutkan kursi kekuasaan di Mulawarman (sebutan untuk lokasi Kantor Gubernur Kaltim) karena tidak memiliki pasangan, dukungan partai politik, serta faktor pragmatis.

Namun takdir berkata lain, memang politik bisa sangat cepat berubah bukan dalam hitungan jam tapi bisa berbelok dalam hitungan detik, itulah berita yang sedang berkembang. Bahwa Walikota yang di kenal dekat dengan aktivis tersebut di sepakati Partai Golkar dan Partai Nasden melalui SK bertanggal 1 maret 2018 dan 28 Februari 2018 untuk maju di pilgub kaltim berpasangan dengan Andi Sofyan Hasdam, menggantikan Nusyirwan Ismail yang wafat berapa hari yang lalu karena serangan jantung saat sedang kampanye di hulu mahakam. Praktis pasangan Andi Sofyan Hasdam - Rizal Effendi dinilai akan makin membuat kompetisi begitu ketat.

Apalagi balikpapan adalah basis politik yang menentukan, selain karena jumlah penduduk yang besar, Balikapapn juga memiliki pengaruh pada beberapa daerah yang lain, setidaknya arah politik balikpapan akan mempengaruhi kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Paser  

Dalam politik langkah Rizal Effendi ini bisa di katakan sebagai langkah kuda. Dimana gerakan lurus kedepan kemudian tiba tiba belok seperti huruf L (langkah kuda pada bidak catur), ini mengejutkan berbagai pihak. Bukan tidak mungkin terjadi arus dukungan yang pindah dari kandidat lain, mereka yang belum memutuskan bisa saja bersimpati pada Rizal Effendi atas drama politik yang dialaminya, belum lagi pendukung setia Nusyirwan Ismail setelah di tinggalkan sang tokoh bukan menjadi terhenti tapi justru akan memiliki daya dorong yang lebih efektif dan memiliki spirit "transenden" (melampaui yang terlihat), semua potensi itu bisa di jalankan jika di kelola secara strategis dan taktis.

Red.

0 komentar:

Posting Komentar